Selasa, 04 Januari 2011

fisiografi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah (soil) dapat diartikan sebagai media tumbuh dalam pertanian, namun tidak menuntut kemungkinan untuk pengertian tanah dalam bidang ilmu lain. Pada dasarnya tanah merupakan tempat beraktifitas mahluk hudup yang memungkinkan adanya hubungan di antaranya. Tanah juga dapat diartikan sebagai lingkungan abiotik yang berperan menyediakan nutrisi bagi tumbuhan dan sebagian organisma tanah. Tanah merupakan suatu system yang sangat kompleks yang dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu fisik, kimiawi dan biologis. Tanah yang dengan istilah lain disebut pedosfera yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan hasil perpaduan dari beberapa bagian penyusun kerak bumi, yaitu litosfera, biosfera, hidrosfera dan atmosfera. Apabila diperhatikan lebih seksama, tanah bukanlah terdiri dari benda padat yang pejal melainkan ternyata tersusun dari empat bagian penyusun tanah, yaitu bahan mineral (an-organik), bahan-bahan organik atau sisa tanaman dan hewan, air tanah dan udara tanah.
Keempat bagian penyusun tanah tersebut bergabung satu sama lain membentuk suatu system yang kompleks, yaitu tanah, yang merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman, sebagai gudang unsur hara dan sanggup menyediakan air serta udara bagi keperluan tanaman (Erin, 2009)
Jumlah dan macam bahan penyusun tanah tersebut dapat berfariasi dari satu tempat ke tempat lain di permukaan bumi ini sehingga dapat dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya. Hal inilah yang merupakan dasar dari klasifikasi tanah. Membedakan sifat tanah yang berbeda-beda, misalnya ada yang berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan sebagainya merupakan cara yang sangat sederhana untuk melakukan klasifikasi tanah. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Pengklasifikasian tanah secara sederhana pun dapat dilakukan dengan memilah-milah tanah subur, dan tanah kurang subur (tanah marginal). Tanah yang subur, umumnya adalah tanah-tanah yang berasal dari gunung berapi atau bahan alluvial baru sedangkan tanah marginal adalah tanah-tanah yang kurang baik dan belum diusahakan. Tanaman pada umumnya mempunyai batas-batas toleransi terhadap masalah-masalah kesuburan tanah secara spesifik. Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman (Darman, Saiful. 2010).
1.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Tanah di Lapang adalah untuk mengetahui fisiografi, relief, lereng, drainase, vegetasi, batas lapisan, tekstur, struktur pada tanah di lapang serta cara pengambilan sampel tanah utuh dan tidak utuh.
Kegunaannya agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampel tanah yang utuh serta tanah yang tidak utuh.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisisografi
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisisografi. Penjelasan dari satuan induk fisisografi yaitu Daerah endapan pasir pantai (beaches) yaitu daerah berbukit pasir di pantai pesisir dengan bentuk wilayah datar. Variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan Nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah pedalaman. Bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Daerah jalur kelokan sungai (meander belt) yaitu daerah jalur meander sungai-sungai besar yang mempunyai tanggul sungai yang lebar. Bentuk daerah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan beda ketinggian kurang dari 2 meter. Daerah lembah alluvial (alluvial valley) yaitu daerah datar di lembah (kiri - kanan) jalur aliran sungai dengan atau tak berbukit. Bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dengan beda ketinggian kurang dari 1 meter. Daerah teras (terrace) yaitu daerah berteras, baik yang dipengaruhi laut maupun teras berpasir yang datar dan tertutup gambut yang dangkal dan atau teras berpasir dengan bentuk wilayah bergelombang. Variasi lereng kurang dari 8 % dengan beda ketinggian kurang dari 10 meter. Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Variasi lereng 2 sampai 40 % dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter. Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem punggung sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung. Variasi lereng 16 sampai 60 %, dan beda ketinggian antara 50 sampai 300 meter. Daerah gunung (mountain) yaitu daerah gunung endapan basalt dan ultra basalt, gunung batu pasir dengan lereng terpotong, punggung dan gunung karst yang permukaannya tidak rata, sistem punggung gunung granit dan metamorf dan gunung strato vulkanik yang tererosi dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergunung agak berbukit sampai bergunung. Variasi lereng 26 sampai lebih 60 % dengan beda ketinggian lebih dari 300 meter (Darman, Saiful. 2010)
2.2 Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilaya suatu daerah termaksud didalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi (relief) mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah. Kemudian mempengaruhi didalamnya air tanah, mempengaruhi besarnya erosi dan mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya. Topografi suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Didaerah yang datar atau cekung di mana aiar tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuk tanah yang berwarna berkelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut (hardjowigeno, 2003).
Topografi amat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air tanah (Ground water level). Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika kandungan drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan o2 pada kondisi ini akan mengawetkan bahan organic terutama jika air tergenang. Warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berobah menjadi kuning merah dan coklat (Menunjukan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi) menjadi berwarna kelabu jika kondisi tanah berobah menjadi berdraenase jelek dengan di temukanya sejumlah karatan (Mottles) berwarna kuning. Warna kelabu ini umumnya sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Darman, Saiful. 2010).
Menurut Anonimous (2009) Teknik topografi ada dua yaitu :
1. Survei secara langsung
Survei membantu studi topografi secara lebih akurat suatu permukaan secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan berbagai instrumen topografi. Meski penginderaan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai keadaan suatu lahan.
2. Penginderaan jarak jauh
Penginderaan jarak jauh adalah studi mengenai pengumpulan data bumi dari jarak yang jauh dari area yang dipelajari. Penginderaan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan satelit, radar, radar inframerah, seismogram, sonar, dan lain-lain.
2.3 Lereng
Lereng merupakan ukuran kemiringan tanah dibandingkan garis horizontal pada muka bumi, yang besarnya dinyatakan dalam persentase (%). (editor). Lereng merupakan keadaan lingkungan di luar solum tanah yang sangat besar pengarunya terhadap kesesuaian tanah (Tanah) untuk berbagai pengunaan. Lereng di ukur kemiringannya dngan mengunakan angenters, abney level, teodoloit. Kemiringan lereng umumnya dinyatakan persen (%) yang merupakan angent dari derajat kemiringan lereng tersebut. Ini berearati bahwa kemiringan 45o = 100% makim curam lereng kesusuaian lahan makin berkurang. Pada umumnya di anggap bahwa kemiringan lereng yang lebih dari 30% tidak cocok lagi untuk tanaman pangan dan lereng yang lebih dari 45% tidak cocok lagi untuk daerah pertanian. Lereng dapat berbentuk cembung, cekung atau rata dengan panjang yang berbentuk berbeda (Hardjowigeno, 2003).
Umumnya Lereng digunakan sebagai parameter utama dalam menentukan penggunaan tanah dalam suatu kawasan. Wilayah pertanian tanaman pangan umumnya berada pada wilayah dengan kelerengan antara 0 – 15 %. Sebaliknya, Lereng 40 % atau lebih pada umumnya dijadikan kawasan lindung. Pengusahaan tanah untuk usaha pertanian dan perkebunan pada wilayah yang mempunyai Lereng yang cukup besar dapat saja dilakukan, dengan syarat adanya penggunaan teknologi dan pelaksanaan usaha konservasi tanah agar tidak terjadi erosi atau tanah longsor. Salah satu usaha konservasi tanah yang biasa dilakukan petani adalah dengan pembuatan terrasering (Hardjowigeno, 2003).
2.4 Draenase
Draenase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman draenase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas draenase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, draenase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Draenase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Draenase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, draenase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana draenase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran draenase ini antara lain : Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. (Hardjowigeno, 2003).
2.5 Vegetasi
Peranan umum dari vegetasi tanah adalah sebagi sumber bahan organik, mendekomposisikan bahan, melakukan sentesa humus, menghasilkan senyawa organik (unsure tanaman). Kelompok vegetasi itu adalah akar tanaman, alga, fungi, aktinomisetas, bakteri dan akar tanaman. Peranannya cukup besar dalam hal memperbaiki fisika tanah. Akar tanaman membuat lubang-lubang yang bila mati, akan memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Akar juga meruapakn masa bahan organik hidup yang menetapkan agregasi tanah. Tegangan-tegangan akar juga awal dari pembentukan aggregate tanah. Akar yang mati dan lapuk merupakan penyumbang bahan organik atau humus (Hakim, 1986).






III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Profil Tanah dilaksanakan di Daerah Penghijauan STQ, Kecamatan Palu Timur, Kabupaten Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 Januari 2010 pukul 09.30 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek Dasar-Dasar Ilmu Tanah yaitu haga meter, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang diamati yaitu kemiringan lokasi, dan vegetasi tanaman.
3.3 Cara Pengamatan
Pertama-tama mengukur kemiringan lokasi topografi dengan haga meter, setelah di ukur maka diketahui kemiringan lokasi yaitu 10,2 %. Kemudian angka tersebut di lihat dalam buku panduan ternyata tergolong dalam lereng landai 8-15%. Selanjutnya praktikan mendaki ke bukit gunung untuk mengamati vegetasi di gunung maka setelah diamati vegetasi yang ada yaitu pohon lamtoro, akasia, kayu jawa dan johar. Vegetasi yang paling dominan adalah pohon lamtoro.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Hama Gudang yaitu sebagai berikut :
Tabel. Pengamatan Keadaan Tanah di Lapang
NO HAL YANG DIAMATI KETERANGAN
1 Vegetasi Bukan asli
2 Fisiografi Dataran
3 Bahan induk Batuan
4 Relief Bukit
5 Lereng Relief ganda, bentuknya bergelombang
6 Drainase Bagian permukaan cepat dan memiliki permeabilitas yang cepat pula
7 Keadaan batu Terdapat diseluruh penampang, bersifat heterogen, karena ukurannya beragam.
8 Batas lapisan Kabur, tidak jelas batas antara lapisan yang satu dengan lapisan lainnya.
9 Batas topografi Tidak beraturan, adanya lapisan yang berulang
10 Tekstur Berpasir



4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari pengamatan yang kami lakukan bahwa lokasi tersebut berbentuk miring , setelah di ukur dengan haga meter diperoleh hasil 10,2 %, termasuk dalam lereng berbentuk landai, karena gunung yang tergolong landai dari angka 8-10% termasuk landai. Hal ini ditandai dengan keadaan lingkungan yang sudah terjamah tangan manusia, yakni berupa adanya pohon-pohon penghijauan yang teratur tumbuhnya.
Berdasarkan hasil pengamatan fisiografi lapang yang diamati adalah dataran dengan bahan induk berupa batuan. Keadaan tanah lapangan yang diamati banyak terdapat batu dan jauh dari sumber air. Menurut (Anonim, 2009), bahan induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukkan tanah. Jenis-jenis bahan induk terdiri dari batuan beku, batuan metamorf, batuan sedimen, dan bahan induk organik
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan nampak bahwa relief yang nampak adalah bukit karena kondisinya berbukit. Lereng yang ada berupa gelombang yang ditandai dengan tidak meratanya antara tempat yang satu dengan yang lainnya, batas lapisan tanah tidak jelas satu sama lain. Batas topografi tidak beratutan, karena adanya lapisa yang berulang dari tanah kemudian pasir, tanah lagi dan pasir lagi. Topografi amat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air tanah (Ground water level). Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika kandungan drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan o2 pada kondisi ini akan mengawetkan bahan organic terutama jika air tergenang. Warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berobah menjadi kuning merah dan coklat (Menunjukan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi) menjadi berwarna kelabu jika kondisi tanah berobah menjadi berdraenase jelek dengan di temukanya sejumlah karatan (Mottles) berwarna kuning. Warna kelabu ini umumnya sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Saiful, 2010).
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan daerah dengan bidang horizontal, diukur dengan abney Level dinyatakan dalam %. Berdasarkan kemiringan lereng dibagi atas dua yaitu lereng tunggal dan lereng berganda (Buku panduan, 2010).
Lereng didefinisikan sebagai hasil beda ketinggian antara dua tempat (kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen, oleh karena suatu wilayah dapat dikelaskan berdasarkan lereng (Anonim, 2009).
Drainase yang nampak pada lapangan yakni memiliki aliran resapan air yang cepat, karena keadaan tanah umumya berpasir sehingga air cepat meresap, sehingga permeabilitasnya cepat pula. Menurut (Anonim, 2009) drainase merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu bidang tanah. Drainase dapat dibagi atas airase yakni drainase tertutup untuk memperbaiki aerasi tanah agar proses mikrobiologi dapat berlangsung di dalam tanah dengan baik dan dapat mengubah sifat kimia tanah. Drainase alamiah yakni pembuangan air permukaan suatu daerah secara alamiah. Drainase bawah permukaan yaitu drainase alam atau drainase buatan yang terdapat di bawah permukaan tanah.
Peranan umum dari vegetasi tanah adalah sebagi sumber bahan organik, mendekomposisikan bahan, melakukan sentesa humus, menghasilkan senyawa organik (unsure tanaman). Kelompok vegetasi itu adalah akar tanaman, alga, fungi, aktinomisetas, bakteri dan akar tanaman. Peranannya cukup besar dalam hal memperbaiki fisika tanah (Hakim, 1986).














V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1 Tanah lokasi praktek dasar-dasar ilmu tanah yaitu tentang pengamatan profil tanah adalah tanah alluvial (Tanah endapan).
2 Tekstur tanah STQ yaitu bertekstur agak kasar (lempung berpasir) sehingga tidak cocok untuk membudidayakan suatu tanaman.
3 STQ termasuk dalam daerah tropika, karena temperaturnya sangat tinggi dan terdapat banyak tanah merah dan terdapat banyak batu-batu kecil.
5.2 Saran
Saran saya agar praktek yang akan datang, diadakan sebelum ujian final, agar praktikan lebih konsentrasi dalam melakukan praktek.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Pengertian Tanah. http://pendidikan.infogue.com. Diakses 26 Januari 2010.

_______, 2009. Jenis/Macam Tanah di Indonesia. http://organisasi.org/jenis-macam-tanah. Diakses 27 Januari 2010.
Hardjowigeno,2003 http://www.nunukankab.go.id/sekilas/detail.php?id=86&judul =fisiografi.
Hakim,1986http://supratmansuwito.blogspot.com/2009/01/laporan-ilmu-tanah profil.html

Erin, 2009. Peranan Tanah Bagi Kehidupan Manusia. http://belajargeo-erinz.comoj.com Diakses 28 Januari 2010.

Darman, Saiful. 2010. Petunjuk Ringkas Pengamatan Tanah Di Lapang. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

profil tanah

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan-perubahan cara penggunaan atau pemakaian tanah serta intensitasnya, pada hakekatnya adalah bagian dari riwayat perkambangan kemajuan pertanian. Suatu uraian singkat dari perubahan ini akan menolong kita dalam menilai system-sistem dimana masa akan datang. Dizaman dahulu, diwaktu manusia masih belum lagi mengenal becocok tanam,maka untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, manusia mengumpulkan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan berburu binatang di hutan-hutan, dan menangkap ikan. Di Benua Asia bagian barat lebih kurang dari 10000 tahun yag lalu, manusia telah mengenal bercocok tanam, dan memelihara binatang di tanah-tanah yang subur di kelilingi perbukitan dan berhutan. Percobahan pola kehidupan dari masyarakat mengumpul makanan menjadi masyarakat penghasil makanan pada mulanya hanya bertujuan untuk memproduksi makanan untuk kebutuhan sendiri kira-kira 4000 tahun sebelum masehi di mulailah penggunaan jaringan irigasi pada dataran banjiran.
Dengan demikian manusia telah berhasil merobah sifat-sifat tanah itu dapat dirubah atau di atur sehingga serasi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertanyaan yang selalu timbul adalah berapa banyakkah manusia masukan input mesti digunakan pada tanah tertentu untuk mampu memproduksikan hasil pertanian yang besar keuntungannya. Untuk itu pemahaman profil tanah sangat penting guna untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan tanaman berkaitan dengan tanah. Karena ada barbagai macam tanaman yang akan tumbuh dengan baik pada tanah yang tertentu (Bang Jhen, 2009).
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengambilan tentang Profil Tanah yaitu untuk mengetahui lapisan atau horizon, tekstur serta warna tanah pada suatu daerah.
Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Profil tanah agar mampu menentukan horizon, lapisan, tekstur dan warna tanah.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Tanah
Tanah merupakan lapisan kulit bumi paling atas. Tanah terbentuk secara alami yaitu dari hasil pelapukan dan pengendapan batuan bahan-bahan organik. Jenis di Indoesia ada yang subur dan ada juga yang tidak subur. Tanah yang subur banyak dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian yang berguna untuk memenuhi kubutuhan hidup manusia. Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam/jenis-jenis tanahyang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (M. Isa Darmawijaya, 1990).
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau dingin. Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung. Tanah Mediteran/Tanah Kapur adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanah Gambut/tanah Organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera (M. Isa Darmawijaya, 1990).
2.2 Profil Tanah
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi (penyifatan) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah dilapangan serta disokong oleh hasil analisa contoh tanah di laboratorium yang diambil dari setiap horizon di dalam profil maka dapat di tentukan jenis tanahnya. Profil Tanah adalah irisan vertical tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah. Solum tanah penampang tanah dimulai dari horzon A hingga horizon B (Djoko Mulyanto, 2009.).
Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasa mempunyai ketebalan di bawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berkar dangkal seperti padp, palawija dan sesayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. oleh karena itu istilah kesuburan tanah biasanya mengacu kepada ketersedian hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut lapisan olah. Namun bagi petanaman perkebunan dan kehutanan (Pepohonan) untuk jangka panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Djoko Mulyanto, 2009.).
2.3 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar atas perbandingan anyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butirnya lebuh halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Djoko Mulyanto, 2009.).
Tekstur tanah sangat penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisik, fisika-kimia dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam tanah amat di tentukan oleh tekstur tanah. Jika beberapa contoh tanah di tetapkan atau di analisa di laboratorium, maka hasil selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukuranya yang berukuran klloid, sangat halus, halus, kasar dan kasar (Didys Site, 2009).
Partikel-partikel tanah ini telah di bagi kedalm group-group atau kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimia, warna, berat atau sifat lainya. Group partikel tanah ini di sebut pula separate tanah (soil separate). Analisa laboratorium dalam mana partikel-partikel tanah itu di pisahkan di namakan analisa mekanis. Dalam analisa ini di tetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah (Didys Site, 2009).
2.4 Struktur Tanah
Istilah struktur tanah digunakan untuk menyatakan komposisi fraksi pasir, debu dan liat. Akan tetapi apabila pertikel-pertikel ini tersusun menjadi aggregate-aggregat maka istilah strukturlah yang kita gunakan. Pada dasarnya yang dinamankan struktur tanah adalah penyusunan (arragement) partikel-pertikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat membentuk aggregat-aggregat yang satu aggregate dengan yang lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, ketersediaannya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Satu contoh yang dapat dikemukakan tentang hubungan struktur tanah ini dengan produktifitas tanah adalah kasus yang terjadi pada tanah (black lands) di Albama yang mana kandungan liatnya cukup tingginya yakni 60% (Djoko Mulyanto, 2009.).
Menurut (Elisa, 2009) struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus, dll. Deskripsi lapang susunan struktur tanah meliputi
1. Tipe yang menujukan bentuk dan susunan ped.
2. Kelas menujukan ukuran ped dan.
3. Gradasi yang menujukan ketentuan perihal ped.
Ped tanah di klasifikasikan berdasarkan misalnya bulat, lempeng, balok atau prisma. Empat bentuk dasar ini menyusun 7 tipe yang telah di kenal seperti tercantum pada suatu deskripsi singkat dengan horizon. Gradasi dari struktur merupakan derajat agregasi atau perkembanagan struktur, hala ini menunjukan perbedaan di atara kohesi dalam ped dan adhesi antara ped suatu gradasi di tentukan di lapangan terutama oleh ketahanan ped dan bukan ped, yang berakibat jika ped di pindahkan atau di hancurkan perlahan-lahan gradasi dari struktur bervariasi sesuai dengan kelembaban tanah yang baik dengan cenderung lebih kuat seperti tanah kering (Bang jhen, 2009).
2.5 Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa factor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbadaan kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, diman kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat (Djoko Mulyanto, 2009.).
Warna tanah merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali. Warna tanah yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu ukuran langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar diamati dan diukur dengan teliti misalnya seperti drainase. Jadi warna tanah bila digunakan dengan ciri-ciri lainnya berguna dalam pembentukan sebagian besar kesimpulan yang penting dengan memperhatikan pembentukan tanah dan penggunaan lahan (Bang jhen, 2009).
Menurut Djoko Mulyanto (2009), warna merah khususnya tingkat pemerahan tanah, terkait erat dengan sifat-sifat kimia tanah yang lain. Sehingga dapat diketahui keeratan hubungan antara tingkat pemerahan (redness rating) (RR T-D) tanah dengan oksida-oksida Fe, Mn serta bahan organik zat pewarna, maupun terhadap sifat-sifat kimia tanah tersebut. Warna kuning disebabkan oksidbesi. Warna kuning dalam horizon lebih dalam biasanya menunjukkan iklim yang lebih lembab. Di daerah yang lembab dan hampir selalu berwarna lebih banyak dijumpai tanah-tanah berwarna kuning dari pada berwarna merah. Warna kelabu dan keputih-putihan dalam tanah disebabkan berbagai bahan, terutama kuarsa, kaolin dan mineral-mineral lempung, karbonat Ca dan Mg, gips, macam-macam garam dan senyawa ferro. Tanah-tanah yang kaya akan senyawa-senyawa ini mendekati warna biru. Tanah yang sangat kelabu menandakan lapisan dan gejala gleisari, dalam mana Fe berbentuk ferro










III. METODE PENGAMATAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Profil Tanah dilaksanakan di Daerah Penghijauan STQ, Kecamatan Palu Timur, Kabupaten Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 Januari 2010 pukul 09.30 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Profil Tanah yaitu buku Munsell Soil Color Chart dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar ilmu Tanah ini adalah tanah yang diamati dan aquades.
3.3 Cara Pengamatan
Cara pengamatan yaitu pertama melihat atau mengamati lapisan atau horizon-horizon tanah. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah dengan tujuan agar tanah yang diamati jelas. Kemudian mengamati warna tanah dengan sampel tanah yang diamati dicocokan warna tanahnya dengan klasifikasi warna tanah baku yang ada di buku Munsell Soil Color Chart. Setelah itu mengamati tekstur tanah dengan membasahi tanah kemudian merasakannya dengan cara menggosok-gosokan tanah yang sudah basah dengan ibu jari dan telunjuk kemudian mencatat hasilnya.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Hama Gudang yaitu sebagai berikut :






Foto 1. propil tanah
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan profil tanah terlihat jelas bahwa jenis tanah di STQ adalah tanah Alluvial (Tanah endapan), karena tanah tersebut terbentuk akibat penimbunan sehingga terlihat jelas lapisan-lapisan tanah. Pada lapisan pertama tanah berwarna coklat kehitaman yaitu tanah tersebut banyak mengandung bahan organik sehingga sangat cocok untuk dibudidayakan suatu tanaman. Lapisan kedua berwarna kuning kemerahan yaitu tanah tersebut banyak mengandung oksidbesi yang tercampur bahan organik. Lapisan ketiga berwarna putih keabu-abuan yaitu tanah tersebut terjadi karena pengaruh bahan induk. Lapisan keempat putih keabu-an yaitu terdapat pasir-pasir halus. Lapisan kelima terdapat bahan induk yaitu batu-batuan ukuran sedang dan besar dan lapisan tanah yang paling bawah yaitu terdapat pasir-pasir halus (Anna K. Pairunan Yulius ddk, 1986).
Tekstur tanah di STQ yaitu kelas tekstur tanah agak kasar (Lempung berpasir) artinya tanah tersebut mengandung pasir, debu dan lempung sehingga tanah tersebut sangat mudah hancur dan cocok untuk bahan dasar bangunan.
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian (Didys Site, 2009).
Warna merah menunjukkan tanah–tanah yang telah lanjut mengalami perkembangan atau relatif mengalami perkembangan yang intensif, misalnya tanah latosol. Temperatur mempertinggi intensitas pembentukan tanah, karna itu di daerah tropika banyak terdapat tanah berwarna merah (M. Isa Darmawijaya, 1990).
Warna kuning disebabkan oksidbesi. Warna kuning dalam horizon lebih dalam biasanya menunjukkan iklim yang lebih lembab. Di daerah yang lembab dan hampir selalu berwarna lebih banyak dijumpai tanah-tanah berwarna kuning dari pada berwarna merah. Oksidbesi memberi warna antara kuning dan merah kepada tanah, sehingga tanah berwarna coklat berarti banyak mengandung oksidbesi yang tercampur bahan organik (Didys Site, 2009).
Warna kelabu dan keputih-putihan dalam tanah disebabkan berbagai bahan, terutama kuarsa, kaolin dan mineral-mineral lempung, karbonat Ca dan Mg, gips, macam-macam garam dan senyawa ferro. Tanah-tanah yang kaya akan senyawa-senyawa ini mendekati warna biru. Tanah yang sangat kelabu menandakan lapisan dan gejala gleisari, dalam mana Fe berbentuk ferro (M. Isa Darmawijaya, 1990).
Tanah yang drainasenya buruk hampir selalu berbecak-nacak (Monling) berwarna kelabu, coklat, merah atau kuning, terutama dalam zone fluktuasi bidang phreatis. Tanah basah tanpa bahan organik mempunyai warna kelabu sangat cerah, sedang adanya bahan organik warna kelabu makin basah makin kelam (M. Isa Darmawijaya, 1990).
Warna putih kadang-kadang terjadi karena pengaruh bahan induk seperti yang terdapat pada jenis tanah Litosol. Regosol dan Grumosol. Tidak adanya akumulasi bahan organik dalam tanah biasanya menunjukkan keadaan yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman dan jazad renik (M. Isa Darmawijaya, 1990).
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Bang jhen, 2009).
Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh padatanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara (Bang Jhen, 2009)














V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1 Tanah lokasi praktek dasar-dasar ilmu tanah yaitu tentang pengamatan profil tanah adalah tanah alluvial (Tanah endapan).
2 Tekstur tanah STQ yaitu bertekstur agak kasar (lempung berpasir) sehingga tidak cocok untuk membudidayakan suatu tanaman.
3 STQ termasuk dalam daerah tropika, karena temperaturnya sangat tinggi dan terdapat banyak tanah merah.
5.2 Saran
Saran saya agar praktek yang akan datang, diadakan di luar kota agar untuk mengatahui bentuk-bentuk tanah yang di sualwesi ini.






DAFTAR PUSTAKA
Anna K. Pairunan Yulius ddk, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNHAS, Makassar.
Bang Jhen, 2009. Tekstur Tanah. http://id.Blog archive. Com. Diakses tanggal 28 Januari 2010.

Djoko Mulyanto, 2009. Keragaman warna Tanah. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Didys Site, 2009. Tekstur Tanah. http://id.Multiply.com. Diakses tanggal 28 Januari 2010.

M. Isa Darmawijaya. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Laporan Ilmu Tanah

LAPORAN LENGKAP PRAKTIK LAPANG
DASAR-DASAR ILMU TANAH

Oleh
FAJERUN ALAMSYAH
E 281 08 035












PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Tanah itu merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsure-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhanya .selanjutnya unsure hara di serap oleh akar tanaman dan melalui daun di rubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat,protein lemak dan lai-lain yang amat berguna bagi manusia dan hewan. Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk perumbuhan tanaman daratan, tanpa memperhiungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang keliatan atau tidak. Pengertian ini masih merupakan arti yang paling umum dari kata tersebut, dari perhatian yang terbesar pada tanah terpusat pada pengertian ini. Orang beranggapan tanah adalah penting, oleh karena tanah mendukung kehidupan tanaman-tanaman yang memaso pangan, serat, obat-obatan dan berbagai keperluan lain manusia, juga karena mampu menyaring air serta mendaur ulang limbah
Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air serta udara tersususn di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis dn biologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Hakim, 1986).
1.2 Tujuan dan Kegunaanya
Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengambilan contoh tanah yaitu untuk mengetahui sifat-sifat fisika tanah serta cara-cara pengambilan cotoh tanah di lapangan.
Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang pengambilan contoh tanah agar mampu melakukan pengambilan cotoh tanah serta dapat mengatahui sifat-sifat fisika dari sampel tanah.




II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Contoh Tanah Utuh
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah dilabo-ratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya (Anonim. 2009).
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu (Abdul Madjid, 2008).
Pengambilan contoh untuk analisis laboratorium, sesungguhnya tidak semudah yang dibayangkan orang. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena pemahaman ekstrim bahwa setiap jengkal tanah memiliki sifat yang berbeda. Dengan demikian contoh tanah yang diambil di lapangan haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus dapat mewakili suatu areal atau luasan tertentu. Contoh yang tidak representatif selalu berakibat merugikan apakah petani ataupun masyarakat luas. Dengan demikian pengambilan contoh tanah harus mempertimbangkan sifat-sifat tanah dan faktor-faktor pembentukannya. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah tetapi hanya ada 5 faktor yang dianggap paling penting (Buol at al.,1980) yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan Induk, (4) Topografi , dan (5) Waktu. Dalam proses pembentukan tanah pengaruh kelima faktor tersebut bersifat simultan, bukan parsial. Walaupun kenyataan di lapangan ditemukan ada salah faktor yang lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor pembentukan tanah lainnya. Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di laboratorium. Analisis contoh tanah bertujuan untuk (1) menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah), (2) mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun di dalam tanah, (3) sebagai dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien, dan rasional (4) Memperoleh data base untuk program perencanaan dan pengelolaan tanah-tanaman. Contoh tanah utuh untuk penetapan-penetapan kerapatan limbak, susunan pori tanah, pH dan permeabilitas. Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan nilai Cole (Khamandayu, 2009).
Tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam g/cm3. Isi tanah terdiri dari bahan padatan dan isi ruangan diantaranya. Bagian isi tanah yang tidak berisi oleh bahan padat, baik bahan mineral maupun bahan organik disebut ruang pori tanah. Ruang pori tanah adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah yang utuh yang dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang diantara zarah pasir (sand), debu (silt), liat (clay) serta ruang diantara agregat-agregat tanah. Kerapatan Limbak Ruang Pori Total = [ 1 – ] x 100 % Kerapatan Jenis Zarah Untuk mendapatkan kerapatan jenis zarah tidaklah mudah, karena variabel ini merupakan fungsi dai nisbah antara komponen mineral dan bahan organik tanah. Untuk komponen mineral tanpa memperhatikan banyaknya Fe dan mineral-mineral berat, keapatan jenis zarah adalah 2,65 (angka rata-rata). Sedangkan untuk bahan organik dari tanah normal (tanah gambut) diambil rata-rata 1,45. Jika kadar bahan organik > 1 %, kerapatan jenis tanah harus dikurangi dengan 0,0 untuk tiap bahan organik. Tetapi untuk tanah gambut, hal ini tidak berlaku karena harus dilakukan pengukuran langsung (Abdul Madjid, 2008).
2.2 Contoh Tanah Tidak Utuh
Contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutamauntuk penetapan kerapatan limbak, pH dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro. Sebaliknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang lembab (kelembaban relatif kurang lebih 90 % dan suhu kurabg lebih 18 % dengan variasi cukup kecil (Hakim, 1986).



III. METODE PENGAMBILAN CONTOH TANAH
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Profil Tanah dilaksanakan di Daerah Penghijauan STQ, Kecamatan Palu Timur, Kabupaten Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 Januari 2010 pukul 09.30 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang pengamatan Profil Tanah yang di laksanakan di daearah penghijaun STQ. Yaitu Ring Sampel, Sekop, Pisau Tajam dan Tipis.
Bahan yang di gunakan dalam praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang pengamatan Profil Tanah yaitu Karet, Kertas Bening dan Label.
3.3 Cara Pengamatan
Pertama-pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengamatan tanah, setelah alat dan bahan sudah siap, langkah yang pertama di lakukan adalah membersihkan dan meretakan permukaan tanah yang akan diambil, setelah itu letakan tabung tegak pada permukaan tanah tersebut. Dan setelah itu di beri nomor pada tabung yang sudah terisi tanah. Menggali tanah disekeliling tanah dengan sekop, kemudian karat tanah dengan pisau sampai hampir mendekati tabung, tekan tabung sampai tiga perempat bagian masik ke dalam tanah, kemudian meletakkan tabung lain tepat di atas tabung pertama kemudian menekannya sampai masuk kira-kira 1 cm. kemudian menggali tabung beserta tanahnya dengan sekop. Kemudian pisahkan tabung ke dua dengan hati-hati, kemudian potonglah yang kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah sampai rata sama sekali setelah itu menutup tabung dengan penutup plastik.











IV. HASSIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengambilan Conto Tanah kami memperoleh hasil sebagai berikut :

4.2 Pembahasan
Dari Pengambilan sampel tanah utuh yang di lakukan dengan cara membersihkan areal permukaan tanah dan setelah itu tanah di ratakan yang akan diambil, kemudian meletakkan tabung (ring sampel) tegak dan jangan sampai terbengkok pada lapisan tanah tersebut, dan kemudian tanah yang di amabil di berikan nomor pada ring sampel tersebut agar mudah di bedakan anatara ring satu dan ring dua. Dan kemudian Pukul ring hingga sebagian ring sampel tersebut tertanam sebagian. Kemudian menggali tanah disekeliling tabung tersebut dengan menggunakan sekop kecil, tekan tabung dengan menggunakan martil yang diletakkan diatas sepotong kayu pada atas ring sampel hingga tiga per empat bagiannya masuk kedalam tanah. Kemudian meletakkan tabung lain tepat diatas tabung pertama, dan menekannya kembali dengan martil hingga bagian bawah tabung masuk kedalam tanah. Kemudian menggali ring sampel beserta tanah didalamnya dengan menggunakan sekop, kemudian memisahkan kedua tabung dengan hati-hati dan memotong bagian tanah yang berlebihan dengan menggunakan pisau yang tajam, kemudian membungkus ring sampel beserta tanahnya tersebut dengan menggunakan plastik. Pengambilan sampel tanah biasa dilakukan dengan cara menggali tanah sampai kedalaman tertentu, kemudian mengambil tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami atau gumpalan (Purbayanti, 1995).
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah dilabo-ratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya. Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu (Khamandayu, 2009).
Selanjutnya melakukan pengambilan tanah tidak utuh atau terganggu, cara pengambilannya bebeda dengan cara pengambilan untuk contoh tanah utuh karena tidak menggunakan ring sampel. Tanah yang diambil yakni tanah disekitar bekas pengambilan tanah utuh. Yaitu dengan mengikis bagian pinggir tanah bekas pengambilan tanah utuh, tanah diambil kemudian dimasukan ke dalam plastik dan diberi label kemudian di amati di laborotorium
Contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutamauntuk penetapan kerapatan limbak, pH dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro. Sebaliknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang lembab (kelembaban relatif kurang lebih 90 % dan suhu kurabg lebih 18 % dengan variasi cukup kecil (Khamandayu, 2009).









V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanah utuh untuk penetapan-penetapan kerapatan limbak, susunan pori tanah, pH dan permeabilitas. Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan nilai Cole.
2. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro. Sebaliknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang lembab kelembaban relatif kurang lebih 90 % dan suhu kurabg lebih 18 % dengan variasi cukup kecil
5.2 Saran
Ketika di lapangan agar para praktikum dapat memperhatikan dan memahami dan tidak mengakibatkan kesalahan dalam praktek.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah. http://dasar-dasarilmutanah.blogspot.com. Diakses 27 Januari 2010.
As-syakur. 2008. Tanah. http://mbojo.wordpress.com. Diakses 27 Januari 2010.
Abdul Madjid, 2008. Definisi tanah. http:// 74. 125. 153. 132/ search ? q = cache:- yrHFC96KJkJ : dasar 2 ilmu tanah. Blog spot.com. Diakses tanggal 29 Januari 2010.
Darman, Saiful. 2010. Petunjuk Ringkas Pengamatan Tanah di Lapang. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
Hakim N, dkk, 1986 Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Purbayanti, dkk., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada Press. Jogyakarta.