Selasa, 04 Januari 2011

fisiografi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah (soil) dapat diartikan sebagai media tumbuh dalam pertanian, namun tidak menuntut kemungkinan untuk pengertian tanah dalam bidang ilmu lain. Pada dasarnya tanah merupakan tempat beraktifitas mahluk hudup yang memungkinkan adanya hubungan di antaranya. Tanah juga dapat diartikan sebagai lingkungan abiotik yang berperan menyediakan nutrisi bagi tumbuhan dan sebagian organisma tanah. Tanah merupakan suatu system yang sangat kompleks yang dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu fisik, kimiawi dan biologis. Tanah yang dengan istilah lain disebut pedosfera yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan hasil perpaduan dari beberapa bagian penyusun kerak bumi, yaitu litosfera, biosfera, hidrosfera dan atmosfera. Apabila diperhatikan lebih seksama, tanah bukanlah terdiri dari benda padat yang pejal melainkan ternyata tersusun dari empat bagian penyusun tanah, yaitu bahan mineral (an-organik), bahan-bahan organik atau sisa tanaman dan hewan, air tanah dan udara tanah.
Keempat bagian penyusun tanah tersebut bergabung satu sama lain membentuk suatu system yang kompleks, yaitu tanah, yang merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman, sebagai gudang unsur hara dan sanggup menyediakan air serta udara bagi keperluan tanaman (Erin, 2009)
Jumlah dan macam bahan penyusun tanah tersebut dapat berfariasi dari satu tempat ke tempat lain di permukaan bumi ini sehingga dapat dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya. Hal inilah yang merupakan dasar dari klasifikasi tanah. Membedakan sifat tanah yang berbeda-beda, misalnya ada yang berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan sebagainya merupakan cara yang sangat sederhana untuk melakukan klasifikasi tanah. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Pengklasifikasian tanah secara sederhana pun dapat dilakukan dengan memilah-milah tanah subur, dan tanah kurang subur (tanah marginal). Tanah yang subur, umumnya adalah tanah-tanah yang berasal dari gunung berapi atau bahan alluvial baru sedangkan tanah marginal adalah tanah-tanah yang kurang baik dan belum diusahakan. Tanaman pada umumnya mempunyai batas-batas toleransi terhadap masalah-masalah kesuburan tanah secara spesifik. Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman (Darman, Saiful. 2010).
1.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Tanah di Lapang adalah untuk mengetahui fisiografi, relief, lereng, drainase, vegetasi, batas lapisan, tekstur, struktur pada tanah di lapang serta cara pengambilan sampel tanah utuh dan tidak utuh.
Kegunaannya agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampel tanah yang utuh serta tanah yang tidak utuh.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisisografi
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisisografi. Penjelasan dari satuan induk fisisografi yaitu Daerah endapan pasir pantai (beaches) yaitu daerah berbukit pasir di pantai pesisir dengan bentuk wilayah datar. Variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan Nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah pedalaman. Bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Daerah jalur kelokan sungai (meander belt) yaitu daerah jalur meander sungai-sungai besar yang mempunyai tanggul sungai yang lebar. Bentuk daerah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan beda ketinggian kurang dari 2 meter. Daerah lembah alluvial (alluvial valley) yaitu daerah datar di lembah (kiri - kanan) jalur aliran sungai dengan atau tak berbukit. Bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dengan beda ketinggian kurang dari 1 meter. Daerah teras (terrace) yaitu daerah berteras, baik yang dipengaruhi laut maupun teras berpasir yang datar dan tertutup gambut yang dangkal dan atau teras berpasir dengan bentuk wilayah bergelombang. Variasi lereng kurang dari 8 % dengan beda ketinggian kurang dari 10 meter. Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Variasi lereng 2 sampai 40 % dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter. Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem punggung sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung. Variasi lereng 16 sampai 60 %, dan beda ketinggian antara 50 sampai 300 meter. Daerah gunung (mountain) yaitu daerah gunung endapan basalt dan ultra basalt, gunung batu pasir dengan lereng terpotong, punggung dan gunung karst yang permukaannya tidak rata, sistem punggung gunung granit dan metamorf dan gunung strato vulkanik yang tererosi dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergunung agak berbukit sampai bergunung. Variasi lereng 26 sampai lebih 60 % dengan beda ketinggian lebih dari 300 meter (Darman, Saiful. 2010)
2.2 Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilaya suatu daerah termaksud didalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi (relief) mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah. Kemudian mempengaruhi didalamnya air tanah, mempengaruhi besarnya erosi dan mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya. Topografi suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Didaerah yang datar atau cekung di mana aiar tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuk tanah yang berwarna berkelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut (hardjowigeno, 2003).
Topografi amat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air tanah (Ground water level). Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika kandungan drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan o2 pada kondisi ini akan mengawetkan bahan organic terutama jika air tergenang. Warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berobah menjadi kuning merah dan coklat (Menunjukan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi) menjadi berwarna kelabu jika kondisi tanah berobah menjadi berdraenase jelek dengan di temukanya sejumlah karatan (Mottles) berwarna kuning. Warna kelabu ini umumnya sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Darman, Saiful. 2010).
Menurut Anonimous (2009) Teknik topografi ada dua yaitu :
1. Survei secara langsung
Survei membantu studi topografi secara lebih akurat suatu permukaan secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan berbagai instrumen topografi. Meski penginderaan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai keadaan suatu lahan.
2. Penginderaan jarak jauh
Penginderaan jarak jauh adalah studi mengenai pengumpulan data bumi dari jarak yang jauh dari area yang dipelajari. Penginderaan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan satelit, radar, radar inframerah, seismogram, sonar, dan lain-lain.
2.3 Lereng
Lereng merupakan ukuran kemiringan tanah dibandingkan garis horizontal pada muka bumi, yang besarnya dinyatakan dalam persentase (%). (editor). Lereng merupakan keadaan lingkungan di luar solum tanah yang sangat besar pengarunya terhadap kesesuaian tanah (Tanah) untuk berbagai pengunaan. Lereng di ukur kemiringannya dngan mengunakan angenters, abney level, teodoloit. Kemiringan lereng umumnya dinyatakan persen (%) yang merupakan angent dari derajat kemiringan lereng tersebut. Ini berearati bahwa kemiringan 45o = 100% makim curam lereng kesusuaian lahan makin berkurang. Pada umumnya di anggap bahwa kemiringan lereng yang lebih dari 30% tidak cocok lagi untuk tanaman pangan dan lereng yang lebih dari 45% tidak cocok lagi untuk daerah pertanian. Lereng dapat berbentuk cembung, cekung atau rata dengan panjang yang berbentuk berbeda (Hardjowigeno, 2003).
Umumnya Lereng digunakan sebagai parameter utama dalam menentukan penggunaan tanah dalam suatu kawasan. Wilayah pertanian tanaman pangan umumnya berada pada wilayah dengan kelerengan antara 0 – 15 %. Sebaliknya, Lereng 40 % atau lebih pada umumnya dijadikan kawasan lindung. Pengusahaan tanah untuk usaha pertanian dan perkebunan pada wilayah yang mempunyai Lereng yang cukup besar dapat saja dilakukan, dengan syarat adanya penggunaan teknologi dan pelaksanaan usaha konservasi tanah agar tidak terjadi erosi atau tanah longsor. Salah satu usaha konservasi tanah yang biasa dilakukan petani adalah dengan pembuatan terrasering (Hardjowigeno, 2003).
2.4 Draenase
Draenase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman draenase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas draenase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, draenase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Draenase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Draenase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, draenase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana draenase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran draenase ini antara lain : Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. (Hardjowigeno, 2003).
2.5 Vegetasi
Peranan umum dari vegetasi tanah adalah sebagi sumber bahan organik, mendekomposisikan bahan, melakukan sentesa humus, menghasilkan senyawa organik (unsure tanaman). Kelompok vegetasi itu adalah akar tanaman, alga, fungi, aktinomisetas, bakteri dan akar tanaman. Peranannya cukup besar dalam hal memperbaiki fisika tanah. Akar tanaman membuat lubang-lubang yang bila mati, akan memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Akar juga meruapakn masa bahan organik hidup yang menetapkan agregasi tanah. Tegangan-tegangan akar juga awal dari pembentukan aggregate tanah. Akar yang mati dan lapuk merupakan penyumbang bahan organik atau humus (Hakim, 1986).






III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Pengamatan Profil Tanah dilaksanakan di Daerah Penghijauan STQ, Kecamatan Palu Timur, Kabupaten Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 Januari 2010 pukul 09.30 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek Dasar-Dasar Ilmu Tanah yaitu haga meter, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang diamati yaitu kemiringan lokasi, dan vegetasi tanaman.
3.3 Cara Pengamatan
Pertama-tama mengukur kemiringan lokasi topografi dengan haga meter, setelah di ukur maka diketahui kemiringan lokasi yaitu 10,2 %. Kemudian angka tersebut di lihat dalam buku panduan ternyata tergolong dalam lereng landai 8-15%. Selanjutnya praktikan mendaki ke bukit gunung untuk mengamati vegetasi di gunung maka setelah diamati vegetasi yang ada yaitu pohon lamtoro, akasia, kayu jawa dan johar. Vegetasi yang paling dominan adalah pohon lamtoro.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Hama Gudang yaitu sebagai berikut :
Tabel. Pengamatan Keadaan Tanah di Lapang
NO HAL YANG DIAMATI KETERANGAN
1 Vegetasi Bukan asli
2 Fisiografi Dataran
3 Bahan induk Batuan
4 Relief Bukit
5 Lereng Relief ganda, bentuknya bergelombang
6 Drainase Bagian permukaan cepat dan memiliki permeabilitas yang cepat pula
7 Keadaan batu Terdapat diseluruh penampang, bersifat heterogen, karena ukurannya beragam.
8 Batas lapisan Kabur, tidak jelas batas antara lapisan yang satu dengan lapisan lainnya.
9 Batas topografi Tidak beraturan, adanya lapisan yang berulang
10 Tekstur Berpasir



4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari pengamatan yang kami lakukan bahwa lokasi tersebut berbentuk miring , setelah di ukur dengan haga meter diperoleh hasil 10,2 %, termasuk dalam lereng berbentuk landai, karena gunung yang tergolong landai dari angka 8-10% termasuk landai. Hal ini ditandai dengan keadaan lingkungan yang sudah terjamah tangan manusia, yakni berupa adanya pohon-pohon penghijauan yang teratur tumbuhnya.
Berdasarkan hasil pengamatan fisiografi lapang yang diamati adalah dataran dengan bahan induk berupa batuan. Keadaan tanah lapangan yang diamati banyak terdapat batu dan jauh dari sumber air. Menurut (Anonim, 2009), bahan induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukkan tanah. Jenis-jenis bahan induk terdiri dari batuan beku, batuan metamorf, batuan sedimen, dan bahan induk organik
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan nampak bahwa relief yang nampak adalah bukit karena kondisinya berbukit. Lereng yang ada berupa gelombang yang ditandai dengan tidak meratanya antara tempat yang satu dengan yang lainnya, batas lapisan tanah tidak jelas satu sama lain. Batas topografi tidak beratutan, karena adanya lapisa yang berulang dari tanah kemudian pasir, tanah lagi dan pasir lagi. Topografi amat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air tanah (Ground water level). Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika kandungan drainase tanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan o2 pada kondisi ini akan mengawetkan bahan organic terutama jika air tergenang. Warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berobah menjadi kuning merah dan coklat (Menunjukan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi) menjadi berwarna kelabu jika kondisi tanah berobah menjadi berdraenase jelek dengan di temukanya sejumlah karatan (Mottles) berwarna kuning. Warna kelabu ini umumnya sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Saiful, 2010).
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan daerah dengan bidang horizontal, diukur dengan abney Level dinyatakan dalam %. Berdasarkan kemiringan lereng dibagi atas dua yaitu lereng tunggal dan lereng berganda (Buku panduan, 2010).
Lereng didefinisikan sebagai hasil beda ketinggian antara dua tempat (kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen, oleh karena suatu wilayah dapat dikelaskan berdasarkan lereng (Anonim, 2009).
Drainase yang nampak pada lapangan yakni memiliki aliran resapan air yang cepat, karena keadaan tanah umumya berpasir sehingga air cepat meresap, sehingga permeabilitasnya cepat pula. Menurut (Anonim, 2009) drainase merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu bidang tanah. Drainase dapat dibagi atas airase yakni drainase tertutup untuk memperbaiki aerasi tanah agar proses mikrobiologi dapat berlangsung di dalam tanah dengan baik dan dapat mengubah sifat kimia tanah. Drainase alamiah yakni pembuangan air permukaan suatu daerah secara alamiah. Drainase bawah permukaan yaitu drainase alam atau drainase buatan yang terdapat di bawah permukaan tanah.
Peranan umum dari vegetasi tanah adalah sebagi sumber bahan organik, mendekomposisikan bahan, melakukan sentesa humus, menghasilkan senyawa organik (unsure tanaman). Kelompok vegetasi itu adalah akar tanaman, alga, fungi, aktinomisetas, bakteri dan akar tanaman. Peranannya cukup besar dalam hal memperbaiki fisika tanah (Hakim, 1986).














V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1 Tanah lokasi praktek dasar-dasar ilmu tanah yaitu tentang pengamatan profil tanah adalah tanah alluvial (Tanah endapan).
2 Tekstur tanah STQ yaitu bertekstur agak kasar (lempung berpasir) sehingga tidak cocok untuk membudidayakan suatu tanaman.
3 STQ termasuk dalam daerah tropika, karena temperaturnya sangat tinggi dan terdapat banyak tanah merah dan terdapat banyak batu-batu kecil.
5.2 Saran
Saran saya agar praktek yang akan datang, diadakan sebelum ujian final, agar praktikan lebih konsentrasi dalam melakukan praktek.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Pengertian Tanah. http://pendidikan.infogue.com. Diakses 26 Januari 2010.

_______, 2009. Jenis/Macam Tanah di Indonesia. http://organisasi.org/jenis-macam-tanah. Diakses 27 Januari 2010.
Hardjowigeno,2003 http://www.nunukankab.go.id/sekilas/detail.php?id=86&judul =fisiografi.
Hakim,1986http://supratmansuwito.blogspot.com/2009/01/laporan-ilmu-tanah profil.html

Erin, 2009. Peranan Tanah Bagi Kehidupan Manusia. http://belajargeo-erinz.comoj.com Diakses 28 Januari 2010.

Darman, Saiful. 2010. Petunjuk Ringkas Pengamatan Tanah Di Lapang. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

2 komentar:

  1. Thanks for info, semoga semuanya selalu ada dalam lindungan Tuhan http://bit.ly/2vplrBi

    BalasHapus
  2. CASINO POKER ROULETTE - Mapyro
    Find the closest 나주 출장안마 casino 포천 출장안마 to Punta Cana from Mapyro. 진주 출장안마 천안 출장마사지 Casino located in the heart of downtown Punta Cana, CA with 1 casino floor, 김해 출장마사지

    BalasHapus